AL-QUR’AN
NIKMAT TERBESAR
Sesungguhnya nikmat terbesar yang
dengan nikmat tersebut Alloh سبحانه وتعالى memuliakan umat ini, yaitu dengan
diutusnya Nabi Muhammad ﷺ dan diturunkannya Al-Qur’anul Karim
kepada beliau, untuk memberi petunjuk kepada umat manusia, membuka mata mereka,
dan mengingatkan mereka akan segala sesuatu yang bermanfaat bagi mereka di
dunia maupun di akhirat.
Al-Qur’an adalah kalamulloh (firman
Alloh), baik huruf-hurufnya maupun maknanya, diturunkan kepada Nabi Muhammad ﷺ dan
bukan merupakan makhluk (ciptaan Nya). Dari-Nya ia bermula dan kepada-Nya ia
akan kembali. Firman Alloh yang artinya : “ Dan sesungguhnya Al-Qur’an ini
benar-benar diturunkan oleh Robb semesta alam. Dan dibawa turun oleh
Ar-Ruhul-Amin (Jibril) ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah
seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan dengan bahasa Arab yang
jelas” (Asy-Syu’ari’[26] : 192-195)
Alloh سبحانه
وتعالى telah menyifati
Al-Qur’an ini dengan berbagai sifat yang agung dan mulia di antaranya:
Kedua : Huda linnas Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi umat
manusia, sifat ini disebutkan dalam surat
Al-Baqoroh ayat 185, maksudnya Al-Qur’an bagi umat manusia untuk menjelaskan
jalan kebenaran kepada mereka, jikalau mereka menginginkan kebenaran merek akan
mengikutinya dan jika mereka tidak menginginkan kebenaran mereka akan
menolaknya, inilah yang disebut dengan hidayah dalalah wa irsyad
(petunjuk yang menuntun dan mengarahkan).
Ketiga
: Yahdi lillati hiya aqwam, Al-Qur’an memberi petunjuk kepada jalan yang lebih
lurus, yaitu jalan yang mengantarkan kepada Ridhlo Alloh, jadi kalau kita
menghendaki ridho Alloh dan Jannah-jannah-Nya, maka kita harus mengamalkan
Al-Qur’an, karena ia kan menunjukkanmu, mengarahkanmu, dan membimbingmu menuju
jalan ke hadirat Alloh. Sebagaimana Alloh berfirman dalam kitabNya yang
artinya “ Sesungguhnya Al-Qur’an ini
memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira
kepada orang-orang yang beriman yang mengerjakan amal sholih bahwa bagi mereka
ada pahala yang besar, dan sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada
kehidupan akhirat, Kami sediakan bagi mereka adzab yang pedih” (Al-Isro’ [17]:9-10).
Keempat : Ruuhan, Al-Qur’an merupakan ruh dari hati. Ruh hati ini lebih khusus
daripada ruhnya tubuh. Alloh berfirman dalam kitab-Nya yang artinya :”Dan
demikianlah kami wahyukan ruuhan (Al-Qur’an) dengan perintah kami.”(Asy-Suro[42}:52)
Alloh سبحانه وتعالى telah menamakannya ruh karena ia
mampu menghidupkan hati. Apabila Al-Qur’an bersinggungan dengan permukaan hati,
niscaya ia akan selalu hidup, bercahaya, mengetahui Rabbnya, beribadah kepad-Nya
dengan bashiroh (penuh keyakinan), selalu takut, bertakwa, dan gemetar
kepada-Nya, serta selalu mencintai, menghormati dan mengagungkan-Nya. Karena
Al-Qur’an itu merupakan ruh yang menggerakkan hati, sebagaimana ruh yang biasa
menggerakkan seluruh anggota badan. Apabila hati kosong dari Al-Qur’an maka
sungguh ia akan mati, seperti tubuh manakala terpisah dengan ruhnya, maka ia
akan mati. Jadi kehidupan itu ada dua kematian juga ada dua, dua kehidupan itu
kehidupan hati dan kehidupan tubuh, dua kamatian itu kematian hati dan kematian
tubuh. Orang-orang yang beriman ia memeiliki dua kehidupan yaitu kehidupan hati
dan kehidupan tubuh, sedangkan orang-orang kafir hanya memiliki satu kehidupan
yaitu kehidupan tubuh saja karena hatinya mati.
Kelima :Nuuron mubina, Al-Qur’an
adalah an-nurr (cahaya), Firman Alloh dalam kitab-Nya yang artinya :”Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu
bukti kebenaran dari Tuhanmu, (Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami
turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (Al Qur'an).” ( An-Nisa’ (4): 174). Dengan cahaya itu engkau dapat
melihat jalan menuju hidayah, engkau akan melihat jalan ke jannah, engkau akan
mengetahui yang halal dan yang haram. Al-Qura’an merupakan cahaya yang
menerangi jalan menuju keselamatan bagi orang-orang yang berilmu, jalan
kebahagiaan mereka, dan jalan kesuksesan mereka di dunia maupun di akhirat.
Keenam : Al-Furqon, dalam artian
bahwa Al-Qur’an menjadi patokan untuk menentukan yang benar dengan yang salah,
dan antara petunjuk (kebenaran) dengan kesesatan. Jadi Al-Qur’an adalah fariq
dan furqon yang membedakan bagimu wahai umat Islam antara segala sesuatu yang
memberimu manfaat dengan segala sesuatu yang membahayakanmu, serta yang
menyuruhmu melakukan kebajikan dan melarangmu berbuat jahat.
Ketujuh : Syifaaun lima fissudur,
Al-Qur’an adalah penyembuh dari penyakit-penyakit yang hissiyah (fisik) dan segala penyakit yang maknawiyah (psikis). Al-Qur’an merupakan penyembuh dari segala
penyakit yang hissiyah (fisik) karena apabila dibacakan pada orang yang sakit, terkena ‘ain (tatapan
orang jahat) atau dirasuki jin, maka Al-Qur’an itu akan menyembuhkan semua
penyakit tersebut. Al-Qur’an juga merupakan penyembuh dari segala penyakit
maknawiyah (psikis), antara lain penyakit keragu-raguan, penyakit syubhat,
nifak dan kufur. Penyakit-penyakit ini jauh lebih berbahaya daripada jasmani.
Itulah hakekat Al-Qur’an yang mulia
dan itulan sebagian sifat-sifatnya, Sebenarnya Al-Qur’an mempunyai bnyak
sifat-sifat yang telah Alloh سبحانه وتعالى sebutkan
dalam beberap tempat yang bervariasi. Akan tetapi, apa sebenarnya sikap kita
sebagai selaku umat Islam, kita memiliki kewajiban-kewajiban yang agung dan
tanggung jawab yang besar terhadap Al-Qur’an. Inilah yang mesti kita penuhi,
yaitu apa kewajiban-kewajiban kita terhadap Al-Qur’an, Insya Alloh akan kami
sampaikan pada edisi berikutnya, pastikan bapak/ibu kaum muslimin
mendapatkannya, karena ini baru muqodimahnya.
Sumber
: Tadabburu ‘l-Qur’an, Kunci Pokok Membangun Generasi Qur’ani, Syaikh Sholih bin
Fauzan Al-Fauzan Rokhimahulloh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar