kaligrafi

kaligrafi

Senin, 22 April 2013

Nikmat terbesar


AL-QUR’AN NIKMAT TERBESAR
            Sesungguhnya nikmat terbesar yang dengan nikmat tersebut Alloh سبحانه وتعالى memuliakan umat ini, yaitu dengan diutusnya Nabi Muhammad dan diturunkannya Al-Qur’anul Karim kepada beliau, untuk memberi petunjuk kepada umat manusia, membuka mata mereka, dan mengingatkan mereka akan segala sesuatu yang bermanfaat bagi mereka di dunia maupun di akhirat.
            Al-Qur’an adalah kalamulloh (firman Alloh), baik huruf-hurufnya maupun maknanya, diturunkan kepada Nabi Muhammad dan bukan merupakan makhluk (ciptaan Nya). Dari-Nya ia bermula dan kepada-Nya ia akan kembali. Firman Alloh yang artinya : “ Dan sesungguhnya Al-Qur’an ini benar-benar diturunkan oleh Robb semesta alam. Dan dibawa turun oleh Ar-Ruhul-Amin (Jibril) ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan dengan bahasa Arab yang jelas” (Asy-Syu’ari’[26] : 192-195)
            Alloh سبحانه وتعالى telah menyifati Al-Qur’an ini dengan berbagai sifat yang agung dan mulia di antaranya:
        
    Pertama : Huda lil muttaqin, Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa, sifat ini disebutkan dalam surat Al-Baqoroh ayat 2, bagi orang-orang yang bertaqwa, Al-Qur’an merupakan petunjuk bagi mereka, dalam artian mereka dapat mengambil manfaat dan memetik faedah dari Al-Qur’an itu serta memperoleh penerangan dari cahayanya, inilah yang disebut dengan hidayah taufiq wal ‘amal.         
Kedua : Huda linnas Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi umat manusia, sifat ini disebutkan dalam  surat Al-Baqoroh ayat 185, maksudnya Al-Qur’an bagi umat manusia untuk menjelaskan jalan kebenaran kepada mereka, jikalau mereka menginginkan kebenaran merek akan mengikutinya dan jika mereka tidak menginginkan kebenaran mereka akan menolaknya, inilah yang disebut dengan hidayah dalalah wa irsyad (petunjuk yang menuntun dan mengarahkan).
            Ketiga : Yahdi lillati hiya aqwam, Al-Qur’an memberi petunjuk kepada jalan yang lebih lurus, yaitu jalan yang mengantarkan kepada Ridhlo Alloh, jadi kalau kita menghendaki ridho Alloh dan Jannah-jannah-Nya, maka kita harus mengamalkan Al-Qur’an, karena ia kan menunjukkanmu, mengarahkanmu, dan membimbingmu menuju jalan ke hadirat Alloh. Sebagaimana Alloh berfirman dalam kitabNya yang artinya  Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang yang beriman yang mengerjakan amal sholih bahwa bagi mereka ada pahala yang besar, dan sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, Kami sediakan bagi mereka adzab yang pedih” (Al-Isro’ [17]:9-10).
            Keempat : Ruuhan, Al-Qur’an merupakan ruh dari hati. Ruh hati ini lebih khusus daripada ruhnya tubuh. Alloh berfirman dalam kitab-Nya yang artinya :”Dan demikianlah kami wahyukan ruuhan (Al-Qur’an) dengan perintah kami.”(Asy-Suro[42}:52) Alloh سبحانه وتعالى telah menamakannya ruh karena ia mampu menghidupkan hati. Apabila Al-Qur’an bersinggungan dengan permukaan hati, niscaya ia akan selalu hidup, bercahaya, mengetahui Rabbnya, beribadah kepad-Nya dengan bashiroh (penuh keyakinan), selalu takut, bertakwa, dan gemetar kepada-Nya, serta selalu mencintai, menghormati dan mengagungkan-Nya. Karena Al-Qur’an itu merupakan ruh yang menggerakkan hati, sebagaimana ruh yang biasa menggerakkan seluruh anggota badan. Apabila hati kosong dari Al-Qur’an maka sungguh ia akan mati, seperti tubuh manakala terpisah dengan ruhnya, maka ia akan mati. Jadi kehidupan itu ada dua kematian juga ada dua, dua kehidupan itu kehidupan hati dan kehidupan tubuh, dua kamatian itu kematian hati dan kematian tubuh. Orang-orang yang beriman ia memeiliki dua kehidupan yaitu kehidupan hati dan kehidupan tubuh, sedangkan orang-orang kafir hanya memiliki satu kehidupan yaitu kehidupan tubuh saja karena hatinya mati.
            Kelima :Nuuron mubina, Al-Qur’an adalah an-nurr (cahaya), Firman Alloh dalam kitab-Nya yang artinya :”Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu, (Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (Al Qur'an).” ( An-Nisa’ (4): 174). Dengan cahaya itu engkau dapat melihat jalan menuju hidayah, engkau akan melihat jalan ke jannah, engkau akan mengetahui yang halal dan yang haram. Al-Qura’an merupakan cahaya yang menerangi jalan menuju keselamatan bagi orang-orang yang berilmu, jalan kebahagiaan mereka, dan jalan kesuksesan mereka di dunia maupun di akhirat.
            Keenam : Al-Furqon, dalam artian bahwa Al-Qur’an menjadi patokan untuk menentukan yang benar dengan yang salah, dan antara petunjuk (kebenaran) dengan kesesatan. Jadi Al-Qur’an adalah fariq dan furqon yang membedakan bagimu wahai umat Islam antara segala sesuatu yang memberimu manfaat dengan segala sesuatu yang membahayakanmu, serta yang menyuruhmu melakukan kebajikan dan melarangmu berbuat jahat.
            Ketujuh : Syifaaun lima fissudur, Al-Qur’an adalah penyembuh dari penyakit-penyakit yang hissiyah (fisik) dan segala penyakit yang maknawiyah (psikis). Al-Qur’an merupakan penyembuh dari segala penyakit yang hissiyah (fisik) karena apabila dibacakan pada orang yang sakit, terkena ‘ain (tatapan orang jahat) atau dirasuki jin, maka Al-Qur’an itu akan menyembuhkan semua penyakit tersebut. Al-Qur’an juga merupakan penyembuh dari segala penyakit maknawiyah (psikis), antara lain penyakit keragu-raguan, penyakit syubhat, nifak dan kufur. Penyakit-penyakit ini jauh lebih berbahaya daripada jasmani.
            Itulah hakekat Al-Qur’an yang mulia dan itulan sebagian sifat-sifatnya, Sebenarnya Al-Qur’an mempunyai bnyak sifat-sifat yang telah Alloh سبحانه وتعالى sebutkan dalam beberap tempat yang bervariasi. Akan tetapi, apa sebenarnya sikap kita sebagai selaku umat Islam, kita memiliki kewajiban-kewajiban yang agung dan tanggung jawab yang besar terhadap Al-Qur’an. Inilah yang mesti kita penuhi, yaitu apa kewajiban-kewajiban kita terhadap Al-Qur’an, Insya Alloh akan kami sampaikan pada edisi berikutnya, pastikan bapak/ibu kaum muslimin mendapatkannya, karena ini baru muqodimahnya.
Sumber : Tadabburu ‘l-Qur’an, Kunci Pokok Membangun Generasi Qur’ani, Syaikh Sholih bin Fauzan Al-Fauzan Rokhimahulloh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengikut