kaligrafi

kaligrafi

Senin, 27 Juni 2011

deradikalisasi ancaman bagi umat islam

Kamis, 25 November 2010 07:16 WIB
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--sebagian kalangan memandang deradikalisasi agama bisa menjadi ancaman dan teror baru bagi umat Islam. Sejumlah kekhawatiran muncul dari proyek yang digulirkan oleh pemerintah tersebut.

Menurut Sekjen Forum Umat Islam (FUI), M Al-Khaththath, deradikilasisi agama justru mememelihara radikalisme akibat ketidakpercaan masyarakat terhadap pihak berwajib. Bahkan, deradikalisasi tidak mampu menghilangkan aksi teror malah menambah jumlah pelaku aksi teror.

"Lalu di mana kegunaan proyek itu," kata dia dalam diskusi bertajuk "Proyek Deradikalisasi Islam Untuk Siapa?" yang digelar oleh Forum Kajian Sosial Kemasyarakatan (FKSK) di Jakarta, Rabu (24/11). Dia menduga deradikalisasi merupakan desain besar proyek yang digelontorkan oleh pihak tertentu.

Tujuannya untuk menyerang dan menggagalkan upaya penegakkan dan formalisasi syariat Islam. Oleh karena itu, perlu upaya menyamakan persepsi tentang siapakah yang dimaksud golongan radikalis dan teroris. Ia menyarakan dialog ini mesti melibatkan semua unsur, tak terkecuali kalangan radikal. "Deradikalisasi harus jelas tujuannya dan sasarannya," ungkapnya.

Redaktur: Arif Supriyono
Reporter: cr1

Rabu, 08 Juni 2011

NASIONALISME TIDAK DI UKUR DENGAN HORMAT BENDERA

SURABAYA- Dua sekolah di Jawa Tengah yang tidak melakukan upacara bendera dicap tidak memiliki Nasionalisme mematik reaksi dari Muhammadiyah Jawa Timur.

Sekretaris Pengurus Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur, Nadjib Hamid, menilai perlu ada kajian mendalam terkait masalah nasionalis ini.

"Jangan lantas mengartikan tidak memberi hormat kepada bendera merah putih kemudian disebut tidak memiliki rasa cinta Tanah Air," kata Nadjib ketika dihubungi Okezone, Rabu (8/6/2011).

Menurutnya, masing-masing orang tentunya memiliki cara tersendiri untuk memahami rasa Nasionalisme. Pemahaman tersebut harus proporsional dan jangan dengan sudut pandang yang sempit.

"Percuma jika mengaku memiliki rasa nasionalisme dengan menghormati bendera merah putih tapi sikap dan kelakuannya tidak mencerminkan rasa cinta tanah air. Seperti masih gemar korupsi makan uang rakyat, apa yang demikian disebut memiliki rasa nasionalis," ujar Nadjib.

Dia juga mengatakan, kasus yang terjadi di dua Sekolah Dasar (SD) di Jawa Tengah itu jangan terlalu dibesar-besarkan. Nasionalisme memiliki banyak sudut pandang dan setiap orang berbeda-beda. Jadi, kata Nadjib, jangan terlalu sempit dalam berpandangan soal Nasionalisme.

Meski demikian Nadjib tidak sependapat dengan memberikan penghormatan bendera yang berlebihan. Artinya, menganggap bendera sebagai hal yang sakral dan seolah-olah dianggap sebagai Tuhan. Hal itu, tentunya dianggap syirik.

"Kalau yang demikian pastilah syirik, tapi jangan langsung menyimpulkan tidak memberi hormat bendera merah putih tidak nasionalis," tandasnya.

Seperti diberitakan, dua sekolah di Jawa Tengah tidak melakukan upacara bendera adalah Sekolah Perguruan Islam SMP Al Islamiyah di Tawang mangu dan SD IST Albani, Matesi, Jawa Tengah.

Pihak Al Irsyad sebagai pengelola membantah dicap tidak memiliki nasionalis. Menurut mereka rasa nasionalis tidak diukur dari penghormatan bendera.
(kem)

Pengikut